Edit Me...

Thursday, August 25, 2016

Satu peluang, kemungkinan tanpa batas

English Language

Apa yang dibutuhkan para penyandang disabilitas hanyalah satu kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka. Sebuah lingkungan kerja yang inklusif membuka akses tanpa batas bagi peluang kerja yang setara.



urya Sahetapy, 22 tahun, tidak pernah membayangkan pengalaman kerja pertamanya berada di kantor pemerintah. Dia juga tidak pernah membayangkan menjadi penyandang disabilitas pertama yang diperkerjakan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Saya tidak bisa percaya bahwa saya terpilih. Saya masih belajar di perguruan tinggi dan ini benar-benar pengalaman kerja pertama saya. Saya tidak pernah membayangkan akan bekerja dengan pemerintah."
Surya Sahetapy
Dia masih mengingat hari ia melamar program magang pertama yang dibuka Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok pada November 2015. Pertama kalinya dilakukan, program ini diluncurkan Ahok untuk menginspirasi generasi muda Indonesia agar lebih terlibat dalam program-program pembangunan sebagai upaya meningkatkan profesionalisme dan transparansi pemerintahan daerah.

Bersaing dengan 500 pelamar lainnya, Surya mengirim esainya mengenai kondisi umum penyandang tuli di Jakarta. Esainya juga menekankan apa yang bisa dilakukan pemerintah provinsi untuk mengembangkan dan meningkatkan sistem pendidikan, khususnya bagi kaum tuli. 

Ketika diberitahu ia menjadi salah satu dari 20 peserta magang yang terpilih untuk mengikuti program pemagangan selama empat bulan, ia merasa senang namun sempat tertegun. "Saya tidak bisa percaya bahwa saya terpilih. Saya masih belajar di perguruan tinggi dan ini benar-benar pengalaman kerja pertama saya. Saya tidak pernah membayangkan akan bekerja dengan pemerintah," kata Surya menggunakan bahasa isyarat. Ia menambahkan bahwa ia merupakan satu-satunya peserta magang dengan disabilitas.

Dalam program magang ini, ia ditempatkan di bidang anggaran dari 12 bidang lainnya, seperti infrastruktur, teknologi dan informasi, perencanaan kota, pendidikan, pelayanan publik, dan sebagainya. “Anggaran adalah bidang baru bagi saya. Saya tidak memiliki latar belakang keuangan. Awalnya sulit bagi saya untuk mengikuti kinerja tim, tapi saya belajar banyak,” kisah Surya yang mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Sampoerna.  

Mengatasi tantangan

Salah satu tantangan bagi Surya adalah terlibat dalam dan memahami percakapan serta diskusi di sekelilingnya. Tanpa bantuan penerjemah bahasa isyarat, dia mencoba sebisanya membaca bibir.

"Tapi, orang-orang di sekitar saya berbicara begitu cepat selama pertemuan dan saya tertinggal. Mereka juga suka menggunakan kata-kata berat dan istilah-istilah pemerintahan yang saya tidak tahu dan pahami. Saya berjuang untuk menyatu dengan tim saya,” kata dia. 

Setelah dua minggu tanpa penerjemah, Surya membahas hambatannya ini dengan pemimpin tim. Karena pemerintah provinsi belum pernah memperkerjakan penyandang disabilitas, para pejabatnya tidak menyadari isu-isu disabilitas. Seorang penerjemah bahasa isyarat kemudian diperkerjakan untuk membantu Surya selama program pemagangan.

Sebelumnya saya tidak peduli tentang politik, tetapi sekarang saya memiliki pandangan yang berbeda. Saya berharap semakin banyak penyandang disabilitas terlibat dalam program ini untuk mempromosikan dan memberikan advokasi mengenai isu-isu disabilitas."
Surya Sahetapy

Bagi Rastri Puspita Mine, penerjemah bahasa isyarat, ini merupakan pengalaman pertamanya berurusan dengan isu-isu pemerintahan. “Ini merupakan pengalaman yang mencerahkan karena saya belajar banyak saat membantu Surya melakukan tugasnya dalam penganggaran. Kesulitan saya adalah menerjemahkan istilah pemerintahan dan banyaknya singkatan yang digunakan,” ujar Rastri menceritakan pengalamannya.

Pengalaman magang ini, bagaimanapun, telah membuat Surya mengubah persepsinya mengenai pemerintah. “Saya memiliki kesan yang lebih positif tentang pemerintah. Saya belajar bahwa pemerintah sebenarnya peduli tentang isu-isu disabilitas. Mereka belum melakukan banyak karena tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang hal ini. Karenanya, penting bagi semua organisasi penyandang disabilitas dan mereka yang peduli tentang menciptakan lingkungan inklusif di sekitar kita untuk terus memberikan advokasi kepada pemerintah dan masyarakat luas tentang isu-isu disabilitas," kata Surya yang aktif melakukan advokasi mengenai disabilitas. 

Selama magang, ia pun belajar banyak tentang peran dan fungsi pemerintah provinsi. Yang paling berkesan baginya adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam pertemuan dengan Gubernur DKI Jakarta, kunjungan ke kantor-kantor pemerintah di tingkat masyarakat dan berdialog dengan para pejabat terkait.

"Sebelumnya saya tidak peduli tentang politik, tetapi sekarang saya memiliki pandangan yang berbeda. Saya berharap semakin banyak penyandang disabilitas terlibat dalam program ini untuk mempromosikan dan memberikan advokasi mengenai isu-isu disabilitas,” katanya.

Komitmen ILO untuk disabilitas

Dengan dukungan yang lebih kuat dari pemerintah di semua tingkatan (tingkat nasional, provinsi dan kabupaten), lingkungan inklusif dalam, di antaranya, lembaga pemerintah, perusahaan, sekolah dan lingkungan umum, lebih dapat diwujudkan. Untuk mendukung inklusi ini, ILO memiliki komitmen panjang untuk mempromosikan pekerjaan layak bagi penyandang disabilitas.
Melalui generasi muda seperti Surya yang tanpa lelah mendukung dan mempromosikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi penyandang disabilitas, diharapkan akan ada perubahan yang lebih positif di negeri ini. Semakin banyak lagi penyandang disabilitas yang mendapatkan kesempatan sama terhadap pekerjaan, pelatihan, pendidikan dan aspek sosial kehidupan lainnya."
Santy Otto, Koordinator Proyek PROPEL-Indonesia ILO

Isu-isu disabilitas sejalan dengan Konvensi ILO No. 111 tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan dan telah diratifikasi Indonesia melalui Undang-Undang No. 21/1999. ILO di Indonesia telah mempromosikan kesempatan kerja yang sama bagi penyandang disabilitas melalui Proyek Mempromosikan Hak-hak dan Kesempatan bagi Penyandang Disabilitas dalam Ketenagakerjaan melalui Peraturan Perundangan (Propel-Indonesia).

Inisiatif-inisiatif utama yang dilakukan proyek tersebut meliputi, antara lain, pelatihan disabilitas bagi mitra terkait, pengembangan bahan informasi dan video mengenai hak-hak penyandang disabilitas, dan pelaksanaan Forum Bisnis Disabilitas, yang bertujuan meningkatkan kesadaran dan pemahaman perusahaan tentang manfaat merekrut dan memperkerjakan penyandang disabilitas dan memperkuat jejaring antar perusahaan.  

"Melalui generasi muda seperti Surya yang tanpa lelah mendukung dan mempromosikan kesempatan dan perlakuan yang sama bagi penyandang disabilitas, diharapkan akan ada perubahan yang lebih positif di negeri ini. Semakin banyak lagi penyandang disabilitas yang mendapatkan kesempatan sama terhadap pekerjaan, pelatihan, pendidikan dan aspek sosial kehidupan lainnya,” kata Santy Otto, Koordinator Proyek PROPEL-Indonesia ILO.


Sumber:
http://www.ilo.org/jakarta/info/public/fs/WCMS_502314/lang--en/index.htm

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More