Edit Me...

Wednesday, November 20, 2013

Global IT Challenges for Youth with Disabilities

Kesempatan adalah kesempatan. Tidak terkecuali semua orang pasti mendapatkan kesempatan yang tidak bisa diabaikan termasuk saya. Terpilihnya untuk mewakili Young Voices Indonesia dalam ajang kompetisi IT adalah sebuah prestasi untuk saya. Walaupun sempat terjadi keraguan karena persiapan, umur dan sekolah, akhirnya saya diizinkan untuk berangkat ke Bangkok, Thailand. Padahal hari keberangkatan saya adalah hari ujian tengah semester. Saya tahu kesempatan itu adalah bagus untuk saya tetapi juga untuk keluarga saya, keluarga besar Young Voices dan juga teman-teman.

 Saya terpilih bersama Alam (salah satu tuna rungu dari Bambu Apus) dan Bu Ema sebagai pendamping. Pada hari Senin 7 Oktober 2013, kami berangkat ke Bangkok pukul 5 sore naik pesawat Garuda Indonesia. Setelah tiba disana pukul 11 malam, kami menunggu kedatangan peserta lainnya kemudian diantar oleh panitia dengan bis ke Montien Riverside Hotel. Karena sudah terlalu malam, kami tidak sempat berkenalan dengan peserta lain.

 Pada hari pertama, tepatnya pukul 07.00 pagi saya dengan Alam dan Bu Ema melakukan sarapan terlebih dahulu dengan peserta lainnya. Setelah itu, kami berkumpul di lobby dengan peserta lainnya untuk melakukan registrasi dan mendapatkan kit yang berisi sebuah buku panduan selama acara berlangsung seperti jadwal, peraturan dalam kompetisi IT dan sebagainya. Ada 20 negara peserta yang hadir dalam rangka Global IT Challenges for Youth with Disabilities. Dengan bersamaan waktu, kami memperkenalkan diri dengan peserta lain terutama peserta tuna rungu dari Negara lain seperti Filipina, Brunei, India dan Mongolia. Ternyata tidak lama kemudian saya begitu akrab terutama dengan peserta tuna rungu dari Brunei dan Filipina karena khususnya tuna rungu dari Brunei menggunakan komunikasi yang hampir sama dengan kondisi yang ada di Indonesia seperti baca bibir dan sebagainya, sedangkan tuna rungu dari Filipina juga menggunakan bahasa isyarat yang cukup familiar di Indonesia yaitu American Sign Language. Kami berpikir itu adalah sebuah keuntungan karena memiliki teman yang baru dari Negara lain, itu adalah hal yang jarang kami temui sebelumnya. Setelah berbincang dengan mereka, semua peserta termasuk kami diminta oleh panitia GITC naik bis rombongan kemudian berangkat ke United Nations Building (dimana kompetisi akan berlangsung) yang terletak di Rajadamnern Nok Avenue Bangkok. Dalam perjalanan ke United Nations Building memakan waktu sekitar 45 menit, karena kami sempat terjebak macet.

 Setelah tiba disana, kami harus melewati pemeriksaan keamanan terlebih dahulu kemudian berkumpul di Hall yang dipenuhi meja dengan komputer. Sebelum acara sesi orientasi dimulai, kami harus mencari tempat duduk yang sudah diatur. Kami berada di posisi paling depan/baris pertama dimana diperuntukkan untuk penyandang tuna rungu, baris kedua untuk penyandang tuna netra – gangguan mental/autism dan baris ketiga untuk penyandang tuna daksa. Acaranya dimulai oleh perwakilan Korea untuk penyambutan, perkenalan dan pengarahan. Setelah pengarahan, kami diberi latihan untuk melakukan upload dan download dokumen dengan web browser serta mengecek aplikasi-aplikasi lainnya yang akan digunakan untuk kompetisi nanti. Setelah itu, kami beristirahat kemudian makan siang di salah satu kafetari di dalam United Nations Building. Kami mempersiapkan diri untuk kompetisi kategori e-Tool Challenge.

 Mulainya kompetisi e-Tool Challenge, saya merasakan adanya ketegangan di antara kami karena ini adalah kali pertama kami untuk berkompetisi dengan peserta dari Negara lain. Dalam e-Tool Challenges, kami diminta untuk melakukan download sebuah file format .docx kemudian mengikuti instruksi yang ada di dalam file tersebut. Kami diminta untuk memodifikasi artikel yang bertema “Go Green” dalam waktu 45 menit. Pada awal kompetisi tersebut memang tidak berjalan lancar karena ada gangguan server sehingga sulit untuk di-download dan akhirnya bisa. Sesuai regulasi yang ada di buku panduan, kami tidak boleh mengganggu peserta lain dan tidak boleh keluar tanpa izin volunteer. Siapa yang melanggar regulasi tersebut, maka dialah akan didiskualifikasikan. Syukurlah, saya mengerjakan dan menyelesaikan kompetisi kategori E-Tool Challenge dengan lancar termasuk meng-upload file-nya. Setelah itu, kami kembali menuju ke hotel karena acara hari pertama sudah selesai.

 Ketika sampai disana, menurut jadwal yang ada di buku, setelah makan malam ada sesi “Cultural Exchange”. Pada sesi “Cultural Exchange”, kami hanya menonton nyanyian-nyanyian dari Korea dan Thailand, mengikuti sebuah permainan yaitu BINGO, menulis sebuah kertas tentang harapan untuk peserta lainnya dan pembagian seragam untuk hari besoknya. Acara tersebut berjalan lancar, dan kami pun menyukai makan malam karena makanannya sudah cukup familiar dan tidak berbeda jauh dengan makanan yang ada di Indonesia seperti nasi, seafood dan lainnya. Kemudian kami kembali ke kamar hotel masing-masing.

 Pada hari kedua Seperti biasa, pagi hari kami bersarapan di hotel kemudian berangkat ke United Nation Building untuk melanjutkan kompetisi kategori e-Life Challenge, e-Sport dan juga hari terakhir acara Global IT Challenges for Youth with Disabilities. Setelah sampai disana, kami melakukan check up pada komputer kami yang akan digunakan untuk kompetisi nanti. Setelah melakukan check up, kompetisi e-Life dimulai panitia memberikan password untuk membuka server. Kami langsung membuka server dan menjawab pertanyaan jumlah 20 soal serta menyisipkan referensi. Hanya 40 menit yang diberikan untuk menyelesaikan kompetisi e-Life. Setelah kompetisi e-Life selesai, kami diarahi inter session yang berisi sebuah demo e-Sport. Di dalam kompetisi e-Sport adalah memainkan sebuah game yaitu Tales Runner. Sayangnya, saya kalah dalam kompetisi tersebut. Kemudian, kami melanjutkan sesi berikutnya yaitu makan siang dan ceremony dimana pertunjukan yang akan ditampilkan oleh kelompok karate dan tarian khas Thailand. Pertunjukannya cukup menghibur dan kemudian dilanjutkan pembagian awards. Tidak disangka, ternyata saya meraih juara tiga kategori e-Tools / Good e-Tools dan mendapatkan sertifikat serta kamera pocket. Itu sudah melebihi harapan saya sebelumnya. Juara umum adah penyandang Tuna Netra dari Thailand dan predikat “Global Leader” dari penyandang Tuna Daksa dari Korea.

 Itu adalah sebuah kebanggaan untuk penyandang disabilitas khususnya di Indonesia bahwa kami mendapatkan kesempatan untuk berkompetisi. Setelah foto bersama, kami langsung berangkat ke salah satu restoran yang terkenal di Bangkok dan kami pun menikmati makan malam disana. Kemudian kami balik ke hotel untuk berisitrahat karena hari besoknya ada sesi “Cultural Experience” dan hari terakhir kami di Bangkok. 



Pada hari Ketiga Kami melakukan sesi terakhir yaitu mengunjungi objek wisata yang ada di Bangkok seperti Teak Woode, dan Vimanmek Palace. Kami merasa takjub dengan objek wisata di Bangkok. Setelah mengelilingi tempatnya yang luar biasa, kami diantar ke Airport dan terbang kembali ke Indonesia. Starting a new chapter in life as PWD’s!

3 comments:

Alhamdulillah Panji. selamat atas segala prestasi luar biasa nya, dan selalulah bersemangat ya.

This comment has been removed by the author.

fight Indonesia goooooood semangat.surya shapetapy

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More